Siapakah Musuh Rahasia Penghematan?

Demi mencapai target investasi dengan maksimal, di samping disiplin
dalam melaksanakan anggaran keuangan yang telah ditetapkan sesuai
dengan patokan investor, kita juga perlu lebih memandang ke depan
sebelum mengeluarkan uang sehingga tidak terjadi pemborosan. Kita
harus jeli dalam menilai apakah kita harus mengeluarkan uang dalam
jumlah tertentu atau masih ada alternatif yang lebih murah dengan
hasil yang sama. Berhemat.
Tindakan mengeluarkan uang dipengaruhi oleh perasaan butuh terhadap
suatu hal. Masalahnya terkadang emosi kita menipu akal sehat dalam
menetapkan suatu kebutuhan. Suatu hal yang sebenarnya tidak kita
butuhkan menjadi seakan-akan sangat dibutuhkan karena dominannya emosi
kita.
Contoh kasus, ada seorang ayah yang mempunyai anak penderita TBC yg
sedang dalam tahap berobat jalan. Suatu hari sang ayah batuk berdahak
selama dua minggu dan akhir-akhir ini dahaknya terdapat campuran
darah. Dia mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan besar dia tertular
TBC anaknya. Karena emosi ingin cepat sembuh dan takut TBC bertambah
parah, dia memutuskan untuk check up ke dokter spesialis TBC. Setelah
melihat foto rontgen yg ternyata parunya bagus dan hasil lab tes dahak
yang negatif, dokter mengambil kesimpulan bahwa sang ayah hanya batuk
biasa. Tapi sang ayah harus mengeluarkan uang yang lumayan besar
karena dia berobat ke dokter spesialis yang notabene lebih mahal dari
dokter biasa. Belum ditambah beli obat, biaya rontgen dan biaya test
dahak.

Jadi, apabila sang ayah sedikit menahan emosi
dan berfikir jernih maka dia bisa melakukan banyak penghematan. Uang
yang mungkin seharusnya untuk anggaran lain tidak sampai diambil untuk
biaya kesehatan. Batuk berdahak sampai dua minggu? Belum tentu TBC
karena mungkin pengobatan sebelumnya belum benar. Keluar darah? Belum
tentu TBC karena mungkin terjadi peradangan tenggorokan. Padahal
mungkin bisa lebih menghemat bila sang ayah lebih awal check up di
puskesmas dulu yang hanya harus membayar 2.000 rupiah. Atau bila mau
lebih meyakinkan sedikit bisa berobat ke dokter umum yg biayanya paling
besar cuma Rp. 50.000. Tapi tidak sampai keluar uang Rp. 400.000
gara-gara berobat di dokter spesialis yang sebenarnya belum diperlukan.

Disiplin sesuai anggaran dan tetap berhemat !!